mengapa pihak penjajah belanda tidak dapat diatasi hanya dengan peperangan

Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan.

Artikel kali ini akan membahas “mengapa pihak penjajah belanda tidak dapat diatasi hanya dengan peperangan”

Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.

Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemuka jawaban yang telah ada.

Setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.

Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut penjelasan dari “mengapa pihak penjajah belanda tidak dapat diatasi hanya dengan peperangan”

Tujuan kedatangan bangsa Belanda di Indonesia

Dirangkum berdasarkan buku Konsep Dasar Ilmu Sosial karya Eliana Yunitha (2021: 112), sesuai konteks ekspedisi Belanda, tujuan kedatangan Belanda di Indonesia adalah mencari rempah-rempah untuk mengisi kekosongan perbendaharaan Belanda.

Pada tahun 1599 Belanda mulai memperluas wilayahnya hingga ke Maluku. Perdagangan rempah-rempah yang terus meningkat dan menghasilkan banyak keuntungan membuat Belanda memutuskan untuk menjalin kerjasama dagang yang disebut VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie).

Berdasarkan buku Intisari Sekolah Menengah Ilmu Sosial karya Eryadi, S.Pd (2007: 266), VOC dibentuk pada tanggal 20 Maret 1602. Tujuan dibentuknya VOC adalah:

  • Hilangkan persaingan yang merugikan pedagang Belanda.
  • Bergabung untuk menghadapi persaingan dari Portugis dan pedagang Eropa lainnya di Indonesia.
  • Mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.
  • VOC telah menciptakan monopoli perdagangan yang merugikan rakyat Indonesia. VOC juga menerapkan peraturan yang tegas dan mengancam rakyat, agar tidak menjual rempah-rempah ke negara lain.

Sejak kedatangan orang-orang Barat di Nusantara, banyak orang menderita karena perlakuan mereka yang semena-mena terhadap rempah-rempah yang ada. Mulai dari praktik monopoli perdagangan hingga tindakan kekerasan terhadap warga sekitar.

BACA JUGA:  bagaimana ciri bagian simpulan teks deskripsi

Akibat penderitaan yang dialami penduduk Nusantara, muncul tokoh-tokoh yang mulai berani bersuara menentang Barat. Penindasan telah melahirkan pahlawan-pahlawan di daerahnya masing-masing. Sebut saja Pattimura, Teuku Umar, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro dan masih banyak lagi.

Perlawanan pimpinan daerah telah berhasil, namun banyak yang belum membuahkan hasil yang baik sehingga monopoli dan kolonialisme tetap berlangsung. Kira-kira apa yang membuat bangsa Barat masih menguasai tanah kita saat itu ya teman-teman SMP? Yuk simak artikel ini sampai selesai untuk mengetahui alasannya!

1. Pertarungan masih bersifat regional

Walaupun Perang Diponegoro merupakan perang terbesar dan menghabiskan uang keuangan Belanda, namun akhirnya dapat dikalahkan oleh Belanda. Demikian pula penyerangan Sultan Agung ke Batavia, meskipun dengan jumlah pasukan yang sangat banyak dan dengan persiapan yang matang, akhirnya dilumpuhkan oleh Belanda. Begitu pula dengan perlawanan dan serangan raja-raja dan tokoh-tokoh Indonesia sebelum tahun 1908. Semuanya tidak berhasil dan tidak mampu mengusir kolonialisme dan imperialisme dari Indonesia.

Memang, para pahlawan daerah berjuang sekuat tenaga untuk mendorong mundur pasukan kolonial dari tanah daerahnya. Namun yang membedakan adalah pasukan Hindia Belanda memiliki kesatuan untuk menguasai rempah-rempah di Nusantara, sedangkan para pahlawan daerah baru berjuang untuk daerahnya masing-masing.

2. Politik mengadu domba satu sama lain

Sobat SMP pasti pernah mendengar istilah memecah belah dan menaklukan atau lebih dikenal dengan politik memecah belah (policy of pitting against each other). Belanda menerapkan kebijakan mengadu domba dan memecah belah persatuan sehingga kerajaan-kerajaan berperang. Ketika terjadi perang antar kerajaan, Belanda membantu salah satu kerajaan tersebut. Setelah kerajaan pendukungnya menang, Belanda kemudian menuntut imbalan atau ganti rugi berupa monopoli perdagangan dan penguasaan sebagian tanah atau wilayah kerajaan.

BACA JUGA:  program kerja kkn bidang ekonomi

3. Kurangnya rasa nasionalisme

Alasan terakhir adalah masyarakat pada saat itu belum memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Alasan ini tercermin dari dua poin sebelumnya. Masyarakat Nusantara masih belum merasa menjadi satu kesatuan dengan Ibu Pertiwi dan belum dapat bersatu dalam satu tubuh bernama Indonesia. Bayangkan apa yang terjadi jika para pemimpin daerah berkumpul untuk berdiskusi dan merencanakan strategi mengusir penjajah dari negara kita? Mungkin bangsa kita tidak akan terlalu lama merasakan sakit dan penderitaan penjajahan.***

 

`