apa faktor yang melatarbelakangi bangsa barat melakukan penjajahan di indonesia

Berikut ini Rumah Teknologi akan memberikan Jawaban Mengenai Pertanyaan di bawah ini, semoga dapat memberikan manfaat, dan digunakan sebagai referensi pengetahuan.

Artikel kali ini akan membahas “apa faktor yang melatarbelakangi bangsa barat melakukan penjajahan di indonesia”

Jawaban ini dapat dijadikan sebagai referensi dan membantu tugas kalian.

Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memudahkan anda dalam menemuka jawaban yang telah ada.

Setiap jawaban yang akan dibahas ini tidak bersifat mutlak benar dan teman-teman bisa secara mandiri mencari jawabannya agar bisa lebih eksplor dengan jawabannya.

Dilansir berdasar berbagai sumber, Berikut penjelasan dari “apa faktor yang melatarbelakangi bangsa barat melakukan penjajahan di indonesia”

Sejarah Pencarian Rempah Rempah

Penemuan dan perkembangan tanaman rempah-rempah yang ditemukan oleh orang-orang zaman dahulu tidak dapat dibendung lagi. Setelah mencoba mempelajari berbagai jenis tumbuhan dan sumber daya alam yang tersedia, ternyata ramuan herbal yang dapat menyembuhkan penyakit dan menurunkan kondisi fisik (semacam obat perangsang, namun terbuat dari bahan alami) dapat dikonsumsi jika dicampur dengan beberapa jenis makanan. .

Sejak 3500 SM, orang Mesir kuno menggunakan berbagai rempah untuk membumbui makanan, kosmetik, dan merawat orang mati. Penggunaan rempah ini meluas dari timur tengah hingga mediterania timur dan eropa. Rempah-rempah diangkut dari Cina, Indonesia, India, dan Ceylon (sekarang Sri Lanka) melalui darat dengan karavan keledai dan unta.

Mediator Arab menjalankan perdagangan rempah-rempah selama hampir 5.000 tahun sebelum penjelajah Eropa menemukan rute ke India dan negara penghasil rempah lainnya di Timur. Sebelum mempelajari teknik membumbui, orang-orang zaman dahulu menyantap makanannya hanya dengan cara dibakar, tanpa melalui tahapan pengolahan tambahan.

Tentu rasa yang dihasilkan adalah rasa sederhana dan murni dari bahan yang mereka bakar, dan seringkali menjadi penyebab penyakit yang disebabkan oleh makanan yang mereka makan. Tidak hanya itu, makanan yang mereka tangkap juga sangat mudah disiapkan dan harus berburu makanan setiap hari, sehingga tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama. Dari berburu hingga hari setelah kembali, mereka membungkus hewan buruan dengan daun rempah.

BACA JUGA:  aktivitas senam irama dapat kita lakukan dengan dasar gerak

Ini secara tidak sengaja mengubah rasa dan bau mangsanya. Sejak penemuan teknologi ini, orang-orang kuno telah mencari tanaman baru yang akan membantu meningkatkan cita rasa makanan mereka. Selain itu, mereka mencari cara untuk meningkatkan ketahanan pangan dan ketahanan terhadap patogen dengan menggunakan rempah-rempah tertentu. Saat ini, rempah-rempah masih menjadi tambahan penting untuk rasa gurih makanan.

Menemukan cara yang lebih murah untuk mendapatkan rempah-rempah dari Timur mengantarkan dunia eksplorasi dan penemuan baru yang gemilang. Penjelajah Eropa seperti Ferdinand Magellan, Vasco da Gama, dan Bartolomeu Dias melakukan perjalanan jauh untuk menemukan sumber rempah-rempah. Christopher Columbus melakukan perjalanan ke barat dari Eropa pada tahun 1492, untuk menemukan jalan menuju negeri rempah-rempah, tetapi ia menemukan Amerika Serikat.

Pada tahun 1497, navigator Portugis Vasco da Gama menemukan jalan mengitari ujung selatan Afrika dan mencapai Kalikut di pantai barat daya India pada tahun 1498. Da Gama kembali dari pelayaran dengan membawa banyak pala, cengkih, kayu manis, jahe, dan lada. Itu dimulai ribuan tahun sebelum Kristus. Perburuan rempah-rempah terbesar di dunia baru terjadi pada abad ke-15. Perjalanan dimulai oleh bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugal, Inggris Raya dan Belanda yang memperebutkan sentra produksi rempah-rempah.

Persaingan sengit menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memperebutkan rempah-rempah yang lebih berharga daripada emas. Khasiatnya dicari bukan hanya sebagai pewangi, tapi juga sebagai bahan pengawet, obat dan pengharum ruangan. Christopher Columbus adalah orang pertama yang memelopori eksplorasi rempah-rempah Eropa, tetapi hanya Vasco da Gama Portugis, yang menjadi pelaut sukses, yang mencatat tinta emas pada abad ke-15.

Rute rempah-rempah ini melewati berbagai belahan dunia dan pelabuhan, terutama Asia, Afrika, dan Eropa. Indonesia juga dikenal sebagai surganya berbagai jenis rempah karena letaknya yang strategis. Seperti cengkih yang tumbuh di Ternate dan Tidore, pala yang tumbuh secara alami di Banda dan Sumatera dikenal sebagai penghasil kemenyan, kayu manis, dan lada. Dulu menjadi pelopor dalam perdagangan rempah-rempah, dan berbagai suku terlibat dalam membentuk nusantara.

Rempah-rempah selalu menjadi bahan yang berharga. Tidak semua daerah dapat menghasilkan rempah-rempah yang memenuhi kebutuhannya, sehingga kelompok masyarakat bahkan negara yang dapat menjelajahi daerah terpencil seringkali melakukan perjalanan untuk melestarikan sumber daya alam yang mereka butuhkan. Secara historis, tidak jarang perang muncul dari perebutan kekuasaan atas suatu wilayah untuk melestarikan sumber daya alam di mana pun seseorang ingin menguasainya. Alasan perang di sini adalah bagaimana mereka ingin menguasai pasar perdagangan rempah-rempah ini.

BACA JUGA:  Pengabdian Masyarakat Profesi Hukum: Advokasi untuk Keadilan Sosial

Alasan kedatangan orang Eropa ke Indonesia

Pada tahun 1390, kedatangan cengkeh di Eropa akan menjadi sekitar 6 ton per tahun, dan pala akan menjadi sekitar 1,5 ton. Bangsa Eropa pertama yang masuk ke Nusantara adalah bangsa Portugis. Kemudian orang Spanyol dan Belanda datang ke Indonesia sebagai pedagang. Belakangan, Belanda juga membentuk Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Aliansi Dagang Belanda. Setelah itu, VOC menguasai Indonesia cukup lama. Berawal ketika Portugis pindah ke pusat produksi rempah-rempah di Kepulauan Maluku di bawah pimpinan Francisco Serrao setelah penaklukan Malaka pada tahun 1511.

Kedatangan Portugis rupanya menarik perhatian Abu Beras, Sultan Ternate. Kemudian dia menawarkan untuk membangun benteng di pulau Ternate dengan imbalan menjual semua produk cengkih kepada Portugis. Dengan tawaran ini, Portugis bekerja sama. Ini adalah awal dari era kolonial Indonesia. Didorong oleh ambisi untuk menguasai perdagangan rempah-rempah nusantara yang kaya melalui negara-negara Eropa. Kerajaan Ternate dan Tidore, dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berkembang pesat berkat rempah-rempah, khususnya cengkeh.

Pada awalnya, Ternate dan Tidore hidup damai berdampingan. Kedatangan mereka berambisi untuk mencari dan menguasai rempah-rempah dengan menjajah Nusantara. Indonesia kaya akan rempah-rempah sehingga memiliki berbagai daerah. Terkadang menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi atau sangat mahal. Rempah-rempah juga memiliki manfaat pengobatan dan kesehatan. Sekitar tahun 1390, cengkih mencapai Eropa dan berjumlah sekitar 6 ton per tahun, dan pala berjumlah sekitar 1,5 ton.

Bangsa Eropa pertama yang masuk ke Nusantara adalah bangsa Portugis. Kemudian orang Spanyol dan Belanda datang ke Indonesia sebagai pedagang. Belanda juga kemudian membentuk Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Asosiasi Dagang Belanda. Setelah itu, VOC menguasai Indonesia cukup lama. Masuknya Daratan Awal ke Indonesia Mengutip www.indonesia.go.id, hal ini dimulai setelah penaklukan Malaka tahun 1511. Di bawah bimbingan Francisco Serrao, Portugis menuju pusat produksi rempah-rempah di Kepulauan Mark.

BACA JUGA:  makanan yang biasa dikonsumsi di suatu daerah disebut

Kedatangan Portugis rupanya menarik perhatian Abu Beras, Sultan Ternate. Dia kemudian menawarkan untuk membangun benteng di pulau Ternate dengan imbalan menjual semua produk cengkeh kepada Portugis, dan dengan tawaran tersebut Portugis setuju untuk bekerja sama. Inilah awal masa penjajahan Indonesia, kemudian setelah kekalahan Portugis pada tahun 1641, para pedagang Belanda datang dan mendirikan VOC. Pada masa ini, monopoli pala didirikan pada tahun 1621, dan cengkih juga didirikan pada tahun 1650.

Berlatar ambisi menguasai perdagangan rempah-rempah yang kaya di Nusantara oleh bangsa Eropa, kerajaan Ternate dan Tidore, dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), berkembang berkat rempah-rempah, khususnya cengkeh. Pada awalnya, Ternate dan Tidore hidup damai berdampingan. Namun perdamaian tidak berlangsung lama, apalagi setelah kedatangan Portugis dan Spanyol. Mereka mulai bermain melawan satu sama lain, dan sebagai hasilnya, kedua kerajaan itu runtuh dan saling bersaing.

Portugis datang ke Mark dengan menjadikan Ternate sebagai sekutu. Sementara itu Spanyol datang ke Mark pada tahun 1521 dengan menjadikan Tidore sekutu mereka. Kedatangan mereka tidak hanya memberlakukan monopoli perdagangan, tetapi juga mengganggu pemerintahan lokal, karena persaingan antara Portugal dan Spanyol untuk menguasai Kepulauan Maluku akhirnya membuat kedua negara menyelesaikan perselisihan tersebut. Kemudian pada tahun 1529 mereka menandatangani Perjanjian Zaragoza.

Akibat perjanjian tersebut, Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Maluku dan akhirnya menguasai Filipina. Sementara itu, Portugis terus berdagang di Kepulauan Maluku. Dalam menerapkan kebijakan monopoli, VOC menjadi perusahaan swasta terkaya dalam sejarah. Bahkan pertanian paksa yang mengubah warna perdagangan dunia.

Kesimpulan dari pertanyaan apa faktor yang melatarbelakangi bangsa barat melakukan penjajahan di indonesia? adalah Penjajahan bangsa Barat terhadap Indonesia dilatarbelakangi oleh semangat 3G pasca jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kesultanan Turki Utsmani. 3G merupakan perpaduan antara Gold, Glory, dan Gospel. Gold merupakan semangat untuk mencari kekayaan atau keuntungan, dalam hal ini upaya menguasai rempah-rempah di Indonesia. Semoga bermanfaat***

`